Ini tidak memalukan
Aku tidak malu karena ini
dan sudah seharusnya aku tidak malu akan hal ini....
* Tulisan ini dibuat bukan untuk membuka aib, bukan pula untuk menjatuhkan salah satu pihak atau menunjukkan kejelekan. Tulisan ini sengaja dibuat untuk aku dan para perempuan yang aku yakin banyak di luar sana merasakan hal yang sama, tapi gak tau cara mengekspresikannya.
Aku juga merasakan hal yang sama, hai para perempuan diluar sana...
Aku ngerasa mungkin ini sudah merupakan saat yang tepat untuk mulai angkat bicara.
Atau ... mungkin aku sudah cukup lelah dengan semua pertanyaan
dan cukup lelah untuk mencari cara untuk menjawabnya
Aku rasa 4 tahun ini sudah cukup untuk mencoba tidak menampilkan apa yang terjadi selama ini
Tapi ada satu keinginan besar yang harus aku lakukan
Aku mau mereka tidak mengulang kebodohan yang sama.
Some people knew, some people don't, some people try to find out, some people afraid of asking, some people are to brave to ask or some people just have no idea.
Iya...
Aku adalah satu dari sekian orang perempuan diluar sana yang memilih jalan untuk menikah kemudian bercerai.
Bagi kami ini bukan sesuatu yang mengejutkan, justru dia pernah bilang "Aku tau kita bakal cerai ujungnya, aku cuma gak tau kalau bakal secepat ini."
Buat aku keinginan itu selalu ada dan baru terlaksana setelah 1 tahun perjalanan mepertahankan pernikahan ini. Start from 2012 ended up 2013.
Gak ada yang salah. Tapi harus aku akui bahwa aku sudah melakukan kebodohan sejak awal.
Si bodoh ini tidak punya cukup bekal untuk hidup dalam pernikahan
Si bodoh ini ternyata belum cukup dewasa untuk berfikir matang
Si bodoh ini menganggap semua akan baik-baik saja
Si bodoh ini mulai dengan niat yang tidak jelas, atau bahkan tidak dengan niat sama sekali
dan...
Si bodoh ini sudah terlambat untuk memutar waktu memperbaiki semuanya dari awal.
Yang aku tau,
Semua tidak berjalan sesuai kehendaknya.
Rencana untuk tidak hamil dan terus mengejar karir dan impian-impian hidup hancur di awal perjalanannya.
Badannya sakit, impiannya rusak, jiwanya terguncang yang nyaris membuat dia hilang dari muka bumi.
Yang aku tau,
Dia sudah banyak berdamai dengan dirinya.
Mencoba menerima keadaan, mencoba menenangkan emosinya sendiri, mencoba mengobati sakit lukanya, mencoba diam dan mencoba menyelesaikan semuanya sendiri.
Dan benar,
Dia biarkan badannya sakit dan terus berjuang tanpa dipedulikan
Dia tenggelamkan impiannya demi membela impian masa depan calon anaknya
Dia hadapi jiwanya yang terguncang tanpa bantuan
Dia terus dan terus berusaha walau masih banyak mengeluh
Yang aku tau,
Kemudian Allah swt memberinya ilmu lebih dari apa yang pernah dia dapatkan sebelumnya
Allah biarkan dia jatuh terperosok kemudian menyadarkannya
Sampai dia berada di ujung jalan yang berbeda
Perbedaan yang tidak bisa diperdebatkan lagi, di diskusikan lagi, di bicarakan lagi
Orang itu memilih jalannya sendiri. Jalan yang bukan jalan yang Allah kehendaki.
Jalan yang jauh dari syariat.
Yang aku tau,
Dia sudah berusaha mencari jalan, memberikan kesempatan.
Orang itu tidak mau, dan dia tidak mampu merubah keadaan.
Yang aku tau,
Jarak kemudian menjadi sangat jauh terbentang
Arah kemudian saling berbalik melawan
Kita tidak lagi berjalan di atas tujuan yang sama.
Bukan...
Ini bukan karena sakit yang Si bodoh ini rasakan di badannya
Bukan..
Ini bukan karena impian yang hancur ditengah jalan
Bukan...
Ini bukan karena jiwanya yang sangat terguncang
Semata-mata karena
Aku..
Si bodoh ini
memilih Allah swt dan rasulnya. Memilih keputusan yang sudah dia putuskan melalui Alquran dan Sunnahnya. Memilih untuk menjalani hal-hal pahit dan tidak meneruskan untuk bertahan karena tidak ada syariat untuk bertahan.
Tidak ...
Tidak ada yang bisa dipertahankan diatas perjanjian terhadap Allah yang lemah bahkan rusak
Aku hanyalah orang yang berani untuk tunduk dan patuh
Aku tidak lelah dengan semua rasa sakit selama setahun penuh itu
Hampir mati aku melahirkan pun aku masih sanggup bertahan
Aku tidak menyesal memberhentikan semua kegiatan yang menjalankan semua impianku ditempatnya
Aku masih hidup walaupun sejuta alasan untuk mengikuti pikiran jiwa yang terguncang
Bahkan
Aku masih bertahan setelahnya.
Setelah semua tuduhan, cacian, makian, teror, apapun itu ditujukan kepadaku, anakku dan ibuku
Aku masih bertahan
Melahirkan, membesarkan, mendidik, mengajarinya tau dienul islam yang benar, menafkahi keluarga, melengkapi kebutuhannya sampai dia tau bagaimana cara berlari diatas kakinya yang dulu lemah, sampai dia tau caranya membaca ayat suci Alquran dengan mulutnya yang kecil, sampai dia tau cara bersujud dengan badannya yang aktif bergerak.
Aku masih bertahan
Dalam diam untuk tidak membicarakan semua yang terjadi kepada siapapun
Membiarkan semua orang bebas menghakimi dan mengatakan apapun
Dalam lelah mencoba menghindari semua pertanyaan tentang
"Ayahnya mana?"
"Ayahnya kerja?"
"Ayahnya kapan pulang?"
"Ayahnya dimana?"
"Kalian ada apa?"
Bahkan aku mulai bisa bangkit untuk bertahan
Mencoba berdiri mengumpulkan puing-puing impianku
Mencoba bertanggungjawab atas tanggung jawabku yang bertumpuk
Mencoba membantu orang lain yang butuh bantuanku
Mencoba menyelesaikan satu per satu masalah yang datang
Walaupun aku lelah untuk mencari jawaban atas pertanyaan
"Kamu statusnya sudah nikah?"
"Sudah punya suami belom?"
"Suaminya mana?"
"Nama suaminya siapa?"
"Nama ibu dan bapak anaknya siapa?"
"Suaminya kerja dimana?"
"Suaminya kapan pulang?"
Aku masih bertahan...
SENDIRIAN.
Aku harus jawab aku apa?
Aku juga gak tau jawabannya
Adakah seorang ayah secara gen masih bisa disebut ayah yang secara psikologis tidak pernah ada?
Adakah seorang suami dikatakan suami saat tidak melaksanakan tanggungjawabnya?
Adakan amanah disebut sudah bertanggung jawab jika semua tidak ditunaikan?
Dan segudang masalah yang tidak bisa ditanyakan lagi dan tidak akan pernah bisa dijawab lagi.
Dan aku memilih DIAM
Disaat begitu banyak kata dan kalimat keluar dari pihak orang itu
Sudahlah..
Orang itu sudah menemukan kembali orang yang bisa diajaknya hidup normal
Tidak lagi bersama si bodoh dan keluarganya
Dimana orang itu bisa bebas tanpa aturan
Dimana orang itu tidak perlu bertanggungjawab
Dimana orang itu berkata apapun yang dia ingin katakan
Aku ...
Si bodoh itu
Tau... bahwa
Tidak perlu peduli lagi akan apa yang dihadapi
Semua sakitnya, semua tanggung jawabnya, semua tantangannya, semua yang dia rasakan dalam hidupnya.
Dijalani semua
Sendirian.
Tidak...
Tidak aku tidak menyembunyikan apapun
Diamku untuk menyelamatkan keluargaku
Tidak aku bukan tidak mau menjawab
Aku tidak tau bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian
Tidak...
Aku bukan tidak ingin membagi apa-apa kepada kalian
Aku hanya ingin bangkit dengan caraku, berjalan bersama rasa sakitku
Aku hanya ingin membuktikan bahwa aku bisa.
Duniaku tidak hancur hanya karena keadaan ini
Tidak! Aku tidak memerlukan dia lagi
Tidak ! Aku bukan anak manja bodoh itu lagi
Tidak ! Aku bukan anak sakit yang lemah
Tidak ! Aku bisa melakukan hal yang hebat
Tidak ! Aku berhasil menggandeng tangan anakku menjadi berharga
Tidak !
Tidak !
Tidak !
Kalian tidak perlu mempermalukan aku lagi.
Silahkan bicara silahkan berikan penilaian.
Hidupku tidak se-memalukan itu
Aku tidak malu dengan keadaanku yang divorced
Karena aku gak sendiri
Aku tidak malu hanya karena aku punya anak
Karena dia anak yang hebat !
Aku tidak malu dengan diriku
Karena aku tau aku mampu !
SENDIRIAN.
Sesuatu yang orang itu anggap gak mungkin terjadi
Kalaupun ada sesuatu yang dirasa selalu disembunyikan
Aku hanya ingin kalian menilai aku sebagai aku
Aku sebagai siapapun yang aku ingin kalian kenal
Aku sebagai seseorang yang diriku sendiri perkenalkan
Bukan aku si bodoh
Bukan aku yang sendirian
Bukan aku yang sakit
Bukan aku yang terguncang
Bukan aku dan label lain
Aku sebagai aku
dan ini tidak memalukan
Sudah 4 tahun berjalan
menjadi aku tidak akan pernah memalukan
Sepanjang apapun perjalanan
Aku adalah aku
Dan aku tidak akan malu.
hal ini pun terjadi padaku. kalau sudah seperti ini. rasanya menyesal mengambil keputusan menikah...
BalasHapus