All About My Father ( Repost) H. Nur Aliansyah, B.A

This is my re-post from all sources I have found about my father. He is the most influential person in East Borneo especially in Samarinda at that time. This is just a few of it, it was all about the political game he had been through. I wish I could write about his biography someday. Love you Pa…



Musdapat Golkar Kaltim Terkait Suksesi Gubernur
[Politik dan Keamanan]
Jakarta, Pelita
Pelaksanaan Musyawarah Daerah yang dipercepat (Musdapat) DPD Partai Golkar Kalimantan Timur (Kaltim) terkait dengan kepentingan beberapa pengurus Pusat DPP Partai Golkar, yakni menyangkut suksesi Gubernur Kaltim.
Demikian antara lain dikatakan Ketua Biro Kewanitaan DPD Golkar Kaltim Rohani Askandar dan Wakil Ketua DPD Kabupaten Kutai Barat, Syachran Eric Lenyo dalampercakapan wartawan di Jakarta, Kamis (27/2).
Keduanya bersama pengurus DPD Golkar dari enam DPD II Golkar di Kaltim berada di Jakarta untuk mempertanyakan keputusan DPD Golkar yang memaksakan pelaksaan Musdapat Golkar Kaltim pada 28 Pebruari 2003, padahal kepengurus baru akan habis September 2003. Musdapat itu tidak didukung enam dari 13 DPD II Golkar se-Kaltim.
Rabu (26/2) kemarin mereka telah diterima Ketua DPP Golkar Fahmi Idris dan malam harinya diterima Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung. Namun tidak ada perubahan sikap DPP Golkar. Musdapat akan tetap dilaksanakan 28 Pebruari 2003, meski enam DPD tidak memberi dukungan.
Rohani Askandar mengungkapkan, beberapa bulan lalu ada pengurus anggota Fraksi Partai Golkar (F-PG) DPR dan DPP Golkar yang menyarankan agar Golkar Kaltim mencalonkan kembali Suwarna AF sebagai gubernur Kaltim periode lima tahun mendatang. Namun DPD Golkar belum menetapkan atau membahas hal itu dalam rapat pleno karena masih dalam tahap penjaringan.
"Kelihatannya DPP Partai Golkar akan memaksakan agar DPD mencalonkan kembali Suwarna AF," katanya. DPD Golkar belum mengambil keputusan soal tersebut dan masih mempertimbangkannya.
Menurut dia, alasan DPP Partai Golkar memaksakan pelaksanaan Musdapat adalah karena Ketua DPD Golkar Kaltim Nur Aliansyah telah sakit-sakitan. Tapi alasan itu tidak bisa diterima karena Nur Aliansyah sudah sembuh dan tetap bisa memimpin Golkar Kaltim.
Di balik alasan itu, kata beberapa pengurus, sebenarnya ada hal lain yang mendasari pemaksaan pergantian pengurus Golkar Kaltim, yaitu sikap pengurus DPD bersama Nur Aliansyah yang berani meminta akbar mengundurkan diri dari jabatannya menyusul adanya vonis tiga tahun dari Pengadilan Negeri (PN) dan Pengadilan tinggi (PT) DKI dalam kasus dana nonbudgeter Bulog.
Nur Aliansyah juga menuntut diselenggarakan Munaslub untuk mengganti Akbar Tandjung karena vonis tiga tahun tersebut telah memeprburuk citra Golkar dan akan berpengaruh pada Pemilu 2004.
Sejak muncul tuntutan itu, kata mereka, mulai ada upaya menggoyang kepengurusan DPD Golkar Kaltim. Mereka telah meminta agar kepengurusan DPD Golkar Kaltim diakhiri Juni atau Juli 2003, tetapi tetap ditolak DPP Golkar.

Tergesa-gesa

Syachran Eric Lenyo mengungkapkan pula, Musdapat Golkar Kaltim sangat tergesa-gesa karena masih ada celah untuk kompromi. Tetapi dalam memanfaatkan celah itu tidak dicapai kesepakatan agar DPP Golkar menunda Musdapat.
"Akbar tidak memberi solusi yang terbaik bagi enam DPD ini, padahal kami datang untuk mengingatkan adanya prosedur dalam organisasi yang harus ditempuh. Kami sangat kecewa," katanya. Apalagi Musdapat itu lebih didasarkan atas pertimbangan suksesi kepala daerah.
Dalam kaitan ini, DPD Golkar telah memerintahkan DPD Golkar Kaltim agar mencalonkan kembali Suwarna AF. Pencalonan itu atas dorongan dari Bupati Kutai Kertanegara Syaukani. Dalam kaitan ini, sebenarnya tidak terlalu banyak jalan bagi Suwarna untuk dicalonkan kembali.
DPD Golkar yang terkesan lamban dan tidak memberi dukungan kepada Suwarna kemudian dipaksanakan untuk dilakukan pergantian pengurus yang akan memberi jalan bagi pencalonan kembali Suwarna.
Meski kecewa dan Musdapat tetap akan diselenggarakan, namun pengurus yang disingkirkan itu tidak akan keluar dari Golkar. "Bagi kami apakah Musdapat diselenggarakan atau tidak, perjuangan kepada Golkar akan tetap dilakukan untuk memberi sumbangsih kepada negara," katanya.
Pihaknya akan mengambil langkah hukum melalui PTUN dan perdata atas keputusan pelaksanaan Musdapat. Nantinya keputusan apapun di pengadilan akan ditaati. (kh)


Mantan Ketua Golkar Kaltim Meninggal Dunia

[Rabu,30 April 2003]



Pelepasan Jenazah Nur Aliansyah dari Rumah Sakit Gatot Subroto menuju Bandara Soekarno Hatta dilakukan oleh Ketua DPP Golkar, Ir Akbar Tanjung. Sementara itu berangkatkan dari Rumah Sakit Gatot Subroto ke Bandara Soekarno Hatta pagi tadi diiringi Gubernur Kaltim, H Suwarna AF, Ketua DPD Golkar Kaltim, H Syaukani HR, Bupati Kutai Timur. Drs Awang Faroek Ishak dan jajaran Pemprov Kaltim lainnya yang kebetulan berada di Jakarta.


Selanjutnya jenazah diterbangkan ke rumah duka di Samarinda dan rencananya pemakaman dilaksanakan pada Rabu siang. Gubernur Kaltim , H Suwarna AF menyatakan turut berduka dan berbelasungkawa atas meninggalnya salah satu tokoh Kaltim yang selama ini ikut mewarnai gerak dan langkah pembangunan di daerah tersebut. “Kita telah kehilangan kader bangsa serta daerah yang berarti bagi Kaltim, dan telah berjuang serta berupaya bersama-sama membangun Kaltim,

Semoga amal dan bhkati beliau diterima Allah SWT,” kata Suwarna. Sebelum terjun ke dunia politik, almarhum Nur Aliansyah juga meniti karir sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kanwil Departemen Perindustrian dengan pangkat terakhir Penata Tingkat I (III/D).(hms4). 


Minggu, 06 September 2009 , 15:53:00



TEPAT 31 Agustus tadi, HM Husni Thamrin Hasan mengakhiri pengabdian di DPRD Kaltim. Selama satu periode atau lima tahun menjadi anggota DPRD dari Fraksi Golkar DPRD Kaltim.
Pria kelahiran Samarinda, 15 Agustus 1938 ini, punya banyak pengalaman tak terlupakan.


Ketika ditemui Kaltim Post tepat pada saat masa jabatannya berakhir, tak ada yang berubah dari seorang Thamrin. Selalu tertawa, seperti tak punya beban kehidupan. Ternyata dua hal itulah yang membuat Thamrin tetap awet muda.



Terlahir dari keluarga besar, sejak muda terbiasa bekerja keras. Bahkan, untuk urusan mengadu nasib terpaksa dilakukan Thamrin dengan hijrah ke Jakarta, 1958 lalu. Ketika itu, seorang Thamrin muda punya pandangan hanya dengan hijrah mampu mengubah nasib. Ketika itu, Thamrin muda hanya bekerja sebagai pegawai biasa.



Tepatnya 1962, ia bekerja pada perusahaan tekstil milik seorang pengusaha asal India. Bekerja sebagai tenaga keuangan, ternyata tidak membuatnya betah. “Namanya juga bekerja pada orang asing, tentulah nasib kita tidak akan lebih baik. Akhirnya saya putuskan berhenti bekerja,” ungkapnya.



Tahun 1963,  Thamrin kembali lagi ke Samarinda. Kali ini, ada panggilan bekerja di tempat sang kakak di perusahaan kayu. Jabatan manajer pun disandang. Namun itu pun hanya dua tahun. Hanya setahun, tepatnya 1972, jiwa mudanya kembali bergelora untuk melanglang buana ke Jakarta. Hanya tiga tahun, akhirnya kembali ke Samarinda. Namun setahun kemudian, bertolak lagi ke Surabaya. Ketika di Kota Pahlawan itu,  Thamrin hanya berpikir harus mengubah nasib. Melanglang buana bekerja apa saja yang bisa dikerjakan. Itulah yang dilakoni pria yang mempunya 12 anak ini.   



Sepat lima tahun, akhirnya memutuskan kembali ke Samarinda. Kepulangan itu gara-gara panggilan, dari teman sejawat  yakni HM Ardans (mantan Gubernur Kaltim), Syarifuddin Gairach (mantan anggota DPRD Kaltim) dan Nur Aliansyah (mantan ketua DPD Golkar Kaltim). Tiga nama itu, semuanya sudah meninggal dunia.



H. Achmad Amins : Anak Sepanjang Sungai yang Membangun Kota

 

Dibesarkan dan Membesarkan OKP, Ormas dan Parpol


MENTERI Informasi dan Komunikasi Kabinet Presiden Megawati Soekarno Putri, H. Syamsul Mu’arif dalam buku ‘Pergumulan Achmad Amins, Dari Awak Kapal Hingga Kursi Walikota’ berkomentar, ‘’Achmad Amins yang saya kenal sebagai sesama aktivis kepemudaan di KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) dan AMPI (Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia). Beliau adalah seorang pemimpin yang berkarakter tegas dan memang menarik untuk ditulis. Saya sangat gembira atas terbitnya buku ‘Pergumulan Achmad Amins, dari Awak Kapal Hingga Kursi Walikota’, karena karya itu akan memonumentalkan sosok pemimpin dan perjalanan hidup seorang aktivis kepemudaan di jenjang birokrasi dan politik.’’
Sosok kepemimpinan H. Achmad Amins setahu saya lebih banyak terbentuk dan digembleng dalam aktivitas organisasi kepemudaan, terutama di KNPI dan AMPI. Semua organisasi yang dipimpinnya cukup sukses dan berjalan sesuai koridor AD/ART,’’ ucap Syamsul Mu’arif yang juga mantan Wakil Sekjen DPP Partai Golkar berpendapat tentang H. Achmad Amins. 

Bisa jadi komentar tokoh nasional itu dianggap terlalu berlebihan. Namun manakala menelusuri perjalanan hidup Achmad Amins di kancah kepemudaan di Provinsi Kalimantan Timur, niscaya ucapan Syamsul Mu’arif itu sangatlah wajar. Bagaimana tidak 30 tahun dalam kehidupan Walikota Achmad Amins tak lepas dari hal ihwal yang berhubungan dengan kepemudaan, kemahasiswaan, keolahragaan dan kesenian. 

Dialah salah satu tokoh pemuda bersama tokoh-tokoh pemuda lainnya seperti
Almarhum H. Nur Aliansyah (mantan Ketua DPD Partai Golkar Kaltim), Almarhum M. Azis Said (pengusaha/mantan anggota DPRD Samarinda), Almarhum Drs. H. Fidi Finandar (mantan Ketua KNPI Kaltim pertama) dan Drs. H. Syarifuddin Gairach (pengusaha/mantan anggota DPRD Kaltim) pada tanggal 16 Agustus 1974 mendirikan  KNPI Kotamadya Samarinda. Ketika itu mantan demonstran mahasiswa Universitas Mulawarman ini duduk sebagai Wakil Ketua KNPI Kotamadya Samarinda hingga tahun 1978. 

From : http://beritakaltim.com/?p=26587 

Defacto, Said Ketua Golkar




Gejolak Golkar Kaltim
Selepas jatuhnya Orde Baru, Golkar di Kalimantan Timur sebenarnya tenang-tenang saja. Pergolakan mulai terjadi saat menjelang pemilihan Gubernur Kaltim tahun 2003.
Pemilihan Gubernur Kaltim sudah di depan mata. Menurut jadwalnya, 2 Juni 2013 berlangsung pemilihan melalui mekanisme anggota DPRD Kaltim yang jumlahnya 45 anggota.
Siapa bakal dicalonkan Golkar terus menggelinding di publik. Ketika itu Suwarna AF sudah menduduki kursi gubernur periode pertama. Ia ingin melanjutkan lima tahun ke depan, maka Golkar diincarnya.
Ketika itu, DPD Golkar Kaltim dipimpin Nur Aliansyah. Ada sinyal, Nur tidak mau didikte Suwarna. Politisi yang berasal dari pengusaha itu menyerahkan pada mekanisme penjaringan calon yang berlaku di partai beringin tersebut.
Di situ masalahnya. Jika melalui mekanisme partai, kecil harapan Suwarna bakal diusung Partai Golkar. Karena ada Awang Faroek Ishak yang ketika itu jadi Bupati Kutai Timur  berniat mencalonkan diri pula. Sebagai orang daerah, Awang Faroek Ishak waktu itu dinilai cukup kuat.
Ternyata tak semua ketua DPD Partai Golkar seide dengan Nur Aliansyah. Dari Tenggarong, Syaukani HR yang menjadi Ketua DPD Golkar Kukar dan bupati daerah itu membaca peta politik ini.
Ia kemudian membuat manuver. DPP Golkar juga ternyata menginginkan Suwarna menjadi calon Gubernur kembali. Syaukani dan DPP kemudian berkolaborasi untuk mengganti Nur Aliansyah.
Maka, usulan Musdapat (Musyawarah daerah dipercepat) Partai Golkar bergulir kencang. Padahal, masa jabatan Nur Aliansyah baru berakhir September 2003.
Manuver Syaukani tak terbendung, 28 Pebruari 2003 digelar Musdapat di Hotel Bluesky Balikpapan. Hasilnya, seperti telah diduga; Syaukani terpilih menjadi Ketua Golkar Kaltim.
Politik memang aneh. Karena Syaukani sendiri sebelumnya bukan orang yang suka dengan Suwarna AF. Bahkan keduanya, sering terbaca di publik saling bersitegang terhadap berbagai masalah.
Kenapa Syaukani HR berbalik mendukung Suwarna AF menjadi gubernur?
Sulit menjawabnya. Tapi kasat mata para pengamat politik di Kaltim melihat karena ada Awang Faroek Ishak yang menjadi pesaingnya. Antara Syaukani dengan Awang Faroek Ishak, sudah lama saling sikut. Keduanya tidak pernah akur.
Akhirnya Suwarna AF benar-benar terpilih jadi Gubernur Kaltim kedua kalinya. Ia berpasangan dengan Yurnalis Ngayoh memperoleh 24 suara. Sementara lawannya, Awang Faroek Ishak – Abu Thalib Chair mendapat 13 suara. Kandidat lainnya Imam Munjiat – Hiefnie Sjarkawie memperoleh 7 suata.
Usai itu, Syaukani dengan Gubernur Suwarna berselisih paham kembali. Bahkan sangat tajam, sampai saling masing-masing mengadukan dugaan korupsi ke KPK. Dua-duanya, Gubernur Kaltim Suwarna AF maupun Syaukani HR selaku Bupati Kukar sama-sama masuk penjara karena terbukti melakukan korupsi.
Pasca Syaukani masuk penjara, Golkar Kaltim mengadakan Musdalub (Musyawarah daerah luar biasa) pada 3 Agustus 2008. Ketika itu Mahyudin yang terpilih jadi ketua. Jabatan Mahyudin hanya setahun, yaitu meneruskan masa jabatan Syaukani yang terhalang karena berada dipenjara. Berikutnya, pada 15 November 2009 Mukmin Faisyal yang terpilih jadi ketua Golkar Kaltim. #le


Kiprah Caleg Inkumben Gagal Jadi Anggota DPRD Kaltim (5-Habis)
POLITISI senior Partai Golkar satu ini sangat berpengalaman menjadi anggota legislator. Ia adalah HM Hatta Zainal Abidin yang kini masih duduk di Komisi III DPRD Kaltim untuk periode keempat sebagai wakil rakyat, yakni saat orde baru Hatta menjabat selama 7 tahun, kemudian era reformasi meram-pungkan 10 tahun masa jabatannya, yakni periode 2004-2009 dan 2009-2014. Tak hanya duduk di Karang Paci, Hatta juga pernah menjabat selama 7 bulan sebagai anggota MPR RI menggantikan almarhum Nur Aliansyah di Senayan.

From : http://www.korankaltim.com/tak-berbakat-jadi-pengusaha-hatta-fokus-aksi-sosial/


DAFTAR KETUA UMUM HMI CABANG SAMARINDA


DAFTAR NAMA-NAMA KETUA UMUM
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG SAMARINDA
DARI MASA KE MASA

No
Nama
Periode
1
Normansyah Tarmidji
1963-1964
2
Bahrani Selamat
1964-1966
3
Sjuhairi Zakaria
1966-1967
4
Anwar Basran
1967-1969
5
Nur Aliansyah
1969-1970
6
Syarifuddin Galrach
1970-1972
7
M. Alwi A.B
1972-1973
8
Herman Edy
1973-1975
9
Zainal Abidinsyah
1975-1977
10
Kamri M. Tawakkal
1977-1979
11
M. Djailani
1979-1981
12
Isriansyah Basri
1981-1982
13
Isriansyah Basri
1982-1983
14
A. Hamid Karim
1983-1985
15
M. Husni Thamrin
1985-1986
16
Achmad Juaini
1986-1987
17
Ibran Nuryadi
1987-1988
18
Imam Syarifuddin
1988-1989
19
Syamsuddin Bana
1989-1991
20
Mursidi Muslim
1991-1992
21
Selamat Said Sanib
1992-1993
22
A. Dhani
1993-1995
23
Laibun Rahim
1995-1996
24
S. Fuadhi Thohir/ Jufri Musa (Pj.)
1996-1997
25
Ermun/ Saiful Kasni (Pj.)
1997-1998
26
Awang M. Rifani
1998-2000
27
Zain Taufiq Nurrahman
2000-2001
28
Jimmy Nasroen
2001-2002
29
Rudiansyah
2002-2003
30
Fahrizal Helmi Hasibuan
2003-2004
31
Arif Rahman Hakim
2004-2006
32
Bawon Kwatno
2006-2008
33
Jamaluddin
2008-2009
34
Faturrahman
2009-2010
35
Dzikri Zulkarnain
2010-2012
36
La Ode Aliadin
2012-........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comment here :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...