Rapat kenaikan BBM tanggal 30 Maret 2012 yang selesai pada dini
hari tanggal 31 Maret 2012 oleh anggota DPR-RI memberikan pemandangan yang
menyedihkan bagi rakyat Indonesia.
Rencana kenaikan BBM yang rencananya akan di laksanakan pada 1
April 2012 menimbulkan banyak pendapat dari berbagai kalangan. Di kalangan
masyarakat awam yang aku dengar sendiri dari kalangan masyarakat menengah ke
bawah berpendapat bahwa mereka setuju dan ikhlas dengan kenaikan BBM hanya
apabila kenaikan BBM tersebut memang diperuntukan untuk mensejahterakan
rakyatnya. Namun kenyataan di lapangan bahwa Partai dari kalangan penguasa yang
memenangkan pemilu menunjukkan kenyataan bahwa mereka yang dulu berkeinginan
memberantas korupsi dengan slogan khas mereka “Katakan TIDAK pada korupsi”
malah terang-terangan terungkap kasus penggelapan dana wisma Atlit. Belum lagi
kasus-kasus yang belum begitu terdengar luas.
Kenyataan di daerah Kalimantan Timur, daerah yang terkenal
dengan negeri penghasil minyaknya, yang diasumsikan sebagai daerah yang kaya
karena banyak sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan. Nyatanya sering tidak
kebagian stok bahan bakar. Mereka bahkan harus mengantri panjang pagi-pagi
diluar SPBU sebelum SPBU tersebut di buka agar tidak kehabisan, bisa jadi usaha
mengantri mereka sia-sia karena stok BBM habis dan terpaksa membeli di eceran
yang per liternya seharga Rp 6000,- . Jauh sebelum isu BBM akan dinaikkan
kenyataan inilah yang sering mereka hadapi. Belum lagi setiap malam jalanan di
Samarinda bagai kota mati tanpa lampu. Lampu jalanan hampir semua dalam keadaan
mati. Terjadi juga listrik padam yang dapat terjadi 4 kali sehari, bahkan
sampai terjadi beberapa kebakaran dalam sehari hanya karena konsleting listrik.
Betapa mirisnya keadaan daerah yang daerahnya di bor di keruk habis sebagai
bahan bakar.
Beda dengan Jakarta yang kita tidak pernah menemukan orang
mengantri panjang di SPBU dari subuh. SPBU buka selama 24 jam, lampu jalanan
tetap terang benderang dengan kendaraan yang berlimpah menggerogoti macetnya
Jakarta.
Dengan keadaan yang masih jauh lebih baik dari Kaltim, seluruh
mahasiswa khususnya di Jakarta melakukan demo besar-besaran mengatas namakan
rakyat. Hal ini terlihat sungguh aneh karena mereka belum pernah merasakan
keadaan seperti yang dirasakan masyarakat di Kaltim.
Semua orang punya pandangan sendiri mengenai kenaikan BBM ini
sesuai dengan latar belakang disiplin ilmu yang dimilikinya.
Bagi seseorang yang memiliki pengetahuan dalam ilmu perminyakan,
dia akan setuju dengan kenaikan BBM karena Indonesia memang memiliki sumber
daya minyak, tetapi kita bukan negara yang memproses minyak itu sendiri
sehingga harga minyak di tentukan oleh pihak luar khususnya Internasional.
Bagi seorang pengamat ekonomi, ada keganjilan dalam hitung-hitungan
yang di paparkan oleh pemerintah.
Bagi seorang ahli politik, kenaikan BBM hanya akan menambah
kesengsaraan rakyat.
Menurut seorang pelajar hubungan Internasional- FISIP seperti saya.
Ya memang kenaikan BBM adalah keputusan yang hanya akan menyengsarakan rakyat
yang memang sejak dulu belum lepas dari belenggu kesengsaraan. Tapi kenaikan
bisa di atasi jika kita bisa langsung membeli minyak dari negara-negara
penghasil minyak langsung bukan dari negara ketiga atau perantara yang pada
akhirnya mereka juga mencari keuntungan lebih. Namun hal ini tidak semudah itu
dilakukan, karena pertama-tama kita harus memiliki pemerintah yang mampu
melakukan diplomasi yang baik dengan negara penghasil minyak dan mampu melepas
belenggu dari negara perantara yang sampai saat ini hal itu adalah kelemahan
yang dimiliki pemerintah Indonesia. Kita perlu pemerintah yang bisa menemukan
solusi sekaligus inovasi bukan pemerintah yang berkoar-koar bahwa keputusan
yang mereka ambil memang bukan keputusan yang tidak populer yang semata-mata
untuk kebaikan rakyat. Kemudian memunculkan solusi BLSM ( Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat) yang tidak berbeda dengan kebijakan BLT (Bantuan Langsung
Tunai) yang pernah dilaksanakan namun mengalami kericuhan sampai memakan
korban. Kita tidak selayaknya membiasakan masyarakat kita menerima uang untuk
konsumtif semata. Uang digunakan hanya untuk memenuhi kebutuhan bukan untuk
menghasilkan suatu usaha yang nantinya hasil dari usaha tersebut menghasilkan
uang untuk memenuhi kebutuhannya.
Negara kita sering menghambat seseorang untuk berusaha. Beda
dengan pemerintah RRC yang membuka kesempatan seluas-luasnya untuk rakyat
menjadi kaya bahkan mendorong masyarakatnya untuk bergerak berusaha agar semua
orang bisa kaya bagaimanapun caranya. China membiarkan ekonominya di
liberalisasi se liberal mungkin tanpa meliberalisasi sistem politiknya. Mereka
tetap teguh dalam nilai-nilai yang mereka pegang teguh. Sedangkan pemerintah
Indonesia sekarang meliberalisasikan sistem ekonomi dan sistem politiknya.
Salah seorang dosen bernama Umar Suryadi Bakry pernah berkata bahwa Indonesia
bisa jadi merupakan satu-satunya negara paling Liberal dimana
orang-orang berhak melakukan perusakan, pembakaran tanpa pernah dijerat sanksi
hukum atas nama demokrasi.
Kericuhan aksi mahasiswa menolak kenaikan BBM kurang lebih selama
seminggu pada akhir bulan Maret sampai diadakannya sidang paripurna di DPR-RI
mengingatkan kita pada tragedi Tianan Men Square 1989 di China atau tragedi 98
yang pernah terjadi di Indonesia. Suasana mencekam yang berhasil di tunjukkan
ke masyarakat luas melalui kamera-kamera media yang berada di tempat kejadian
pada saat itu. Aksi saling kepung, gas air mata, baracuda, polisi, tentara,
mahasiswa saling serang.
Walaupun pada dini hari hasil sidang paripurna menyatakan bahwa
belum dapat diberlakukan tanggal 1 April dan di tunda selama 6 bulan. Rapat
malam itu berhasil menunjukkan bahwa ada banyak partai politik yang sebenarnya
tidak memikirkan kepentingan rakyatnya. Partai penguasa, Demokrat yang pada
suatu kesempatan di acara Indonesia Lawyers Club TVOne menyatakan dengan
lantang bahwa keputusan partai mereka adalah untuk medukung KEPENTINGAN
PEMERINTAH. Statement yang menyedihkan. Hal ini juga meruntuhkan sistem Trias
Politica yang menyatakan fungsi legislatif adalah untuk mengawasi eksekutif
bukan untuk ikut melancarkan kepentingan eksekutif.
Saya pernah bertanya kepada seorang dosen. Mengapa sampai saat ini
Indonesia belum mengalami perubahan yang signifikan seperti yang pernah terjadi
pada China, Jepang, negara-negara di Asia Selatan, di Eropa bahkan di Amerika
padahal kita sudah merdeka selama berpuluh-puluh tahun lamanya?. Perjuangan
yang hanya butuh diteruskan oleh penerus bangsa yang dipercaya oleh para Founding
Father negara kita.
Bukannya melahirkan tokoh-tokoh yang semakin hebat kita malah
semakin kehilangan jati diri. Indonesia bagi sebagian orang sudah mati,
sebagian lagi menganggap bahwa negara ini layaknya mayat yang terus diberi
wewangian agar terus bertahan.
Satu jawaban beliau : “Bangsa ini belum di takdirkan oleh Tuhan
untuk diberikan seorang tokoh pemimpin yang tidak hanya cerdas namun juga jujur
dalam segala tindakannya, pemimpin yang tidak hanya hebat dalam segi kecerdasan
Intelektual namun juga hebat dalam kecerdasan emotional dan spiritualnya
sehingga bisa menjadi pemimpin yang menggerakkan bangsa dan negara ini melesat
jauh”.
Belum ada seseorang seperti Deng Xiaoping yang berhasil memajukan
China dan melepaskan China dari penderitaan, kemiskinan yang menyengsarakan
rakyatnya selama berpuluh-puluh tahun lamanya sampai bisa menjadi negara great
power sekarang ini.
Siapapun yang menjadi presiden 2014 nanti, semoga bisa menjadi
penggerak kemajuan Indonesia sebagaimana yang telah dibuktikan oleh negara-negara
lain di dunia. Ini sudah saatnya sebuah negara di timur bangkit dan negara itu
adalah Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave your comment here :)